Situs tentang Seputaran Dunia dan Markas Hacker Indonesia

Selamat Datang

Indonesian Time

Senin, 30 Juli 2012

Aceh Menangis Untuk Rohingya



BANDA ACEH - Tragedi pembantaian muslim Rohingya yang terus dipertontonkan oleh tentara Myanmar mendapat perhatian serius masyarakat Aceh. Aktivis mahasiswa yang tergabung dalam wadah

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Aceh mengutuk bentuk genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya baik yang terjadi di dalam maupun di luar Myanmar.

Sejak sepekan terakhir, foto-foto korban pembantaian yang diyakini adalah etnis Rohingya menyebar di berbagai jejaring sosial termasuk di kalangan pengguna smartphone di Aceh. Gambar-gambar yang memperlihatkan tingkat kesadisan yang luar biasa memicu keprihatinan dan kesedihan mendalam masyarakat daerah ini yang dalam beberapa tahun terakhir memang akrab dengan sosok-sosok manusia perahu dari etnis Rohingya yang terdampar di Aceh.

Aktivis KAMMI Aceh dalam aksi keperihatinan untuk Rohingya yang digelar di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Minggu (29/7) secara tegas mengutuk aksi yang mereka sebut sebagai kekerasan yang dilakukan militer Myanmar terhadap muslim dari etnis Rohingya.

30072012foto.9_.jpg
AKTIVIS KAMMI melakukan aksi solidaritas untuk muslim 
Rohingya di Simpang Lima, Banda Aceh, Minggu (29/7)
“KAMMI mengutuk bentuk genosida dan kejahatan kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya, baik yang terjadi di dalam maupun di luar Myanmar,” begitu salah satu butir pernyataan sikap KAMMI.

Namun, demo yang dilaksanakan di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh itu langsung dibubarkan polisi karena tidak memiliki izin.  

Koordinator aksi, Darlis Azis mengakui, aksi solidaritas untuk muslim Rohingya yang mereka gelar itu memang tidak mendapat izin dari kepolisian setempat. 

Tapi, menurutnya, aksi tersebut merupakan wujud kepedulian dan spontanitas mereka, mengingat intensitas kekerasan terhadap etnis minoritas muslim yang mendiami Provinsi Arakan, Myanmar, terus meningkat. “Tidak ada niat kami mengangkangi aturan yang ada. Tapi ini terjadi spontan,” kata Darlis kepada Serambi.

KAMMI Aceh, menurut Darlis, menaruh keprihatinan mendalam terhadap muslim dari etnis Rohingya yang terus mengalami kekerasan dan penindasan di Burma.

Bahkan, menurut Darlis, etnis Rohingya mulai 1940-an terus mengalami penindasan, pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, pemiskinan, dan diskriminasi baik dari negara, pemerintah serta sesama penduduk yang beda etnis dan agama di sana.

Bahkan banyak etnis Rohingya yang tidak diakui kewarganegaraanya di Myanmar. “Ini yang memicu keprihatinan mendalam bagi kita semua umat muslim dan secara spontanitas KAMMI Aceh ikut melakukan aksi untuk mengutuk kekerasan yang dilakukan pemeluk agama non-Islam maupun junta militer Myanmar terhadap muslim dari etnis Rohingya,” pungkas Darlis.

MUI: “Seluruh Bangsa Dunia Bertanggung Jawab”

30072012foto.11_.jpgSecara nasional, pada 26 Juli 2012, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengeluarkan pernyataan sikap terkait tragedi kemanusiaan atas muslim Rohingya di Myanmar. MUI menilai aksi-aksi kekerasan dan tindakan tidak beradab yang diderita oleh suku Rohingya di Myanmar adalah suatu tindakan kejahatan atas kemanusiaan.

“Upaya sengaja untuk merampas hak atas tanah, penolakan kewarganegaraan, pembantaian massal, pengusiran, pembakaran pelarangan pelaksanaan ibadah, penutupan jalur pasokan makanan, dan sejumlah tindakan brutal lainnya adalah sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM),” tandas Ketua Pelaksana Harian MUI, KH Ma’ruf Amin dalam pernyataan sikap yang dibacakan di Kantor MUI, Jakarta.

Menurut MUI, tindakan diskriminatif yang menimpa muslim Rohingya berlatar belakang agama. Ini tidak bisa dibiarkan terus berlangsung. Penganiayaan yang dilakukan dengan cara-cara militer kepada warga sipil harus segera dihentikan. “Seluruh bangsa-bangsa di dunia harus bertanggungjawab atas nasib dan masa depan suku Rohingya di Myanmar,” tulis pernyataan itu.

MUI juga menyesalkan sikap PBB yang tidak proaktif dalam mengatasi masalah pembantaian etnis terhadap kaum muslim Rohingya. Untuk itu MUI mendesak PBB dan lembaga-lembaga internasional lainnya untuk segera melakukan langkah kongkrit dalam mencegah berlanjutnya krisis kemanusiaan di Myanmar.

PBNU: “Indonesia Jangan Cuma Nonton”

30072012foto.12_.jpgPengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil inisiatif untuk menolong dan membantu etnis Rohingya yang makin memprihatinkan dari bahaya pembersihan etnis. 

Pembakaran perkampungan dan pengusiran mereka yang terjadi di Provinsi Rakhine, Myanmar, menurut PBNU merupakan aksi yang tidak bisa dibiarkan oleh dunia internasional.

Pernyataan itu dikemukakan Ketua PBNU, H Slamet Effendy Yusuf MSi pada wartawan di Jakarta, Minggu (29/7) dalam merespons tragedi kemanusiaan etnis Rohingya. 

“Pembiaran pembantaian terhadap etnik Rohingya seperti selama ini kita saksikan harus dihentikan. Apalagi, apa yang terjadi sekarang ini merupakan puncak perlakuan diskriminatif yang sudah lama berlangsung terhadap etnis Rohingya, yang beragama Islam,” katanya.

Indonesia sebagai negara yang dituakan di ASEAN yang juga negara muslim terbesar di dunia seharusnya mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah ini. “Jadi, sangat tidak elok jika pemerintah Indonesia hanya menjadi penonton dalam tragedi kemanusiaan ini,” tandas Slamet.

Sumber: Serambinews.com

Read more: http://www.atjehcyber.net/2012/07/aceh-menangis-untuk-rohingya.html#ixzz227R5ONSb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar